Lelaki yang Hendak Menipu Tuhan

Setiap kali Rasulullah bercerita, para Sahabat selalu antusias untuk mendengarkannya. Rasulullah Saw adalah seorang pencerita yang baik. Setiap kata yang dikeluarkan dari mulutnya adalah kebenaran, meskipun diselingi dengan canda tawa. Ini tak lain agar para sahabat tertarik dan secara tidak langsung belajar tentang keimanan dan ajaran Islam dari kisah-kisah penuh hikmah.

Dalam buku Canda Bersama Rasulullah (Isnaeni Fuad), salah satu cerita yang pernah dikisahkan Rasulullah Saw dalam suatu majelis adalah kisah tentang orang bodoh yang hendak menipu Tuhannya dalam suatu pengadilan di akhirat. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, “Suatu ketika kami bersama Rasulullah. Sambil tersenyum, beliau lalu berkata, ‘Tahukah kalian mengapa aku tersenyum?’ Kami pun menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’

Kemudian beliau bercerita kepada kami tentang seseorang yang berdialog dengan Tuhannya. Orang itu berkata, ‘Ya Allah, apakah aku bisa diselamatkan dari kezaliman?’ Allah menjawab, ‘Ya, (kamu bisa diselamatkan dari kezaliman).’

Selanjutnya, orang tadi pun berkata, ‘Jika demikian, aku tidak akan memperkenankan seseorang menjadi saksi atas diriku, kecuali aku sendiri.’

Baca lebih lanjut

Penghuni Terakhir yang Masuk Surga

Sebagaimana kita ketahui, dalam I’tiqad Ahlusunnah Wal Jama’ah, orang kafir akan kekal selamanya di dalam neraka. Berbeda dengan orang kafir yang kekal di neraka, orang mu’min (yang beriman), tetapi memiliki dosa tidak akan kekal di neraka. Orang mu’min yang memiliki dosa dan mati sebelum bertaubat akan masuk ke dalam neraka untuk sementara. Tetapi setelah hukuman selesai, ia akan dikeluarkan dari neraka dan masuk dimasukkan ke dalam surga.

Dalam buku Canda Bersama Rasulullah, Isnaeni Fuad menceritakan sebuah kisah unik tentang seorang penghuni neraka yang terakhir masuk surga. Kisahnya sendiri diceritakan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya dengan tujuan untuk menambah kemantapan iman mereka.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan Rasulullah Saw pernah bercerita, “Aku mengetahui orang yang paling akhir keluar dari neraka dan paling akhir memasuki surga. Dia keluar dari api neraka sambil merangkak.

Setelah berhasil keluar dari jurang neraka, kemudian Allah berkata kepadanya, ‘Pergilah dan masuklah ke surga.’

Baca lebih lanjut

Mari Menghitung Zakat Pertanian

Tengoklah sebentar di sepanjang jalan yang kiri-kanannya terbentang sawah. Akan kita lihat para petani dan buruh tani yang sedang bergembira memanen padi mereka. Meski lelah, senyum tak lekang dari wajah mereka. Sepertinya, musim tanam tahun ini berhasil dengan baik. Hasilnya cukup melimpah. Tentu itu semua berkat rahmat Allah Swt. Maka dari itu, ada bagian dari harta kita yang tak boleh dilupakan. Allah memerintahkan kita untuk menafkahkan (infaq) sebagian dari rezeki kita untuk mereka yang membutuhkan. Yang wajib dinamakan zakat, sedangkan yang sunnah dinamakan shodaqoh.

Berkaitan dengan masalah zakat, para ulama fiqih telah menyusun dasar hukum syara’ yang jelas bersumber dari Al Qur’an, Hadist, Ijma dan Qiyas.  Seperti misalnya, dalam kitab Sullamut Taufiq, Imam Nawawi Al Bantani menjelaskan bahwa unta, sapi, binatang ternak (kambing dan biri-biri), kurma, anggur kering dan tanaman yang dijadikan makanan pokok pada waktu subur bukan pada musim paceklik, emas, perak, barang tambang dari emas dan perak, barang simpanan zaman kuno dari emas dan perak, harta perdagangan dan fitrah wajib dizakati.

Baca lebih lanjut

Mengapa Tidak Mau Berzakat?

Seorang petani dengan mata berbinar melihat hasil panennya tahun ini melimpah ruah. Berton-ton padi masuk ke dalam gudangnya. Ia beranggapan, semua ini berkat kerja kerasnya yang tak kenal lelah mengelola sawah sehingga menghasilkan gabah yang melimpah. Senyumnya makin mengembang ketika membayangkan jumlah uang yang akan ia dapatkan jika gabahnya dijual nanti.

Sampai suatu hari, tiba-tiba saja anaknya sakit yang mengharuskannya dibawa ke rumah sakit. Dokter menyarankan untuk dioperasi. Namun, setelah semua dilakukan, sakitnya tak kunjung sembuh. Hartanya semakin lama semakin berkurang untuk pengobatan biaya anaknya. Hampir saja ia putus asa. Dalam gamang, ia bertemu dengan seorang ustadz. Diceritakanlah semua keluh kesahnya.

Sang ustadz pun bertanya, “Kalau boleh tahu, apa pekerjaan Bapak?”

“Saya hanya seorang petani”

“Berapa hasil panen yang Bapak dapat selama setahun?”

“Mm..  berapa ya, mungkin sekitar 10 ton lebih.”

Subhanallah. Apakah Bapak sudah menunaikan kewajiban?”

Baca lebih lanjut